Selasa, 04 Oktober 2011

Subhanallah ....





Ini Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika Rabu, 22
Februari 2006 silam.

Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku
kuliahnya di
Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah
berupa



pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.Selain belajar,
ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika , ia
berkenalan dengan salah seorang Nasrani.Hubungan mereka semakin
akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk
Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan
di Amerika dan melintas di dekat sebuah gerejayang terdapat di
kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam
gereja. Semula ia berkeberatan,namun karena ia terus mendesak
akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke
dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening,
sebagaimana kebiasaan mereka.

Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan
penghor-matan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak
terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah
kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini."
Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut
mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak
bergeming dari tempatnya.
Hingga akhirnya pendeta itu berkata,
"Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin
keselamatannya. "Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu
ia bertanya kepada sang pendeta,
"Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim."
Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."Kemudian
ia beranjak hendak keluar,namun sang pendeta ingin memanfaatkan
keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan,
tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan
markasnya.
Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata,
"Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus
menjawabnya dengan tepat."
Si pemuda tersenyum dan berkata,
"Silahkan!

Sang pendeta pun mulai bertanya,
# 1.. Sebutkan satu yang tiada duanya,

# 2.. dua yang tiada tiganya,

# 3.. tiga yang tiada empatnya,

# 4.. empat yang tiada limanya,

# 5.. lima yang tiada enamnya,

# 6.. enam yang tiada tujuhnya,

# 7.. tujuh yang tiada delapannya,

# 8.. delapan yang tiada sembilannya,

# 9.. sembilan yang tiada sepuluhnya,

# 10.. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,

# 11.. sebelas yang tiada dua belasnya,

# 12.. dua belas yang tiada tiga belasnya,

# 13.. tiga belas yang tiada empat belasnya.

# 14.. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!

# 15.. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?

# 16.. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?

# 17.. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyu-
kainya?

# 18.. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan
ibu!

# 19.. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan
apidan siapakah yang terpelihara dari api?

# 20.. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan
batu dan siapakah yang terpelihara daribatu?

# 21.. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!

# 22.. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting
mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan
dan dua di bawah sinaran matahari?"

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu ter-senyum dengan
senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah
ia berkata,
# 1.. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

#2.. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT
berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda
(kebesaran kami)." (Al-Isra':12).

# 3.. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi
Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil
dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh.

# 4.. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-
Qur'an.

# 5.. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

# 6.. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT
menciptakan makhluk.

# 7..Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah
SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk:3).

# 8.. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-
Rahman. Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-
penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat
menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).

# 9.. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan
kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim
paceklik, katak, darah, kutu dan belalang

# 10.. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah ke-baikan. Allah SW
berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh
kali lipat." (Al-An'am: 160).

# 11.. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara
Yusuf.

# 12.. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa
yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon
air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan
tongkatmu.' Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air." (Al-
Baqarah: 60).

# 13.. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf
ditambah dengan ayah dan ibunya.

# 14.. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah
waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya
mulai menying-sing. " (At-Takwir:1Cool.

# 15.. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus
AS.

# 16.. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-
saudara Yusuf,yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,"Wahai ayah
kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan
Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala." Setelah
kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepadamereka," tak ada cercaaan
ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan
memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."

# 17.. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah
suara keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara
adalah suara keledai." (Luqman: 19).

# 18.. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi
Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

# 19.. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab
dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi
Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan
Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).

# 20.. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang
diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari
batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

# 21.. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah
tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya tipu
daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 2Cool.

# 22.. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai
30 daun, setiap daun
mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran
matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun
adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga
dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mende-ngar jawaban pemuda
muslim tersebut.Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia
mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu
pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya
diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah.
Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil.
Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab
pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata,
"Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab
sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu
menjawabnya! "
Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku
takut kalian marah. " Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan
anda."
Sang pendeta pun berkata, "
Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa'asyhaduanna Muhammadar
Rasulullah."


Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu
memelukagama Islam. ALLAHU AKBAR! Sungguh Allah telah menganugrahkan
kebaikan dan menjaga mereka dengan
Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Semoga Kisah ini dapat menambah kuat Iman kita sebagai seorang Muslim, dan jika Kisha ini di baca oleh orang non muslim, semoga dia sadar dan memeluk Agama yang paling Benar, Agama ALLAH SWT.

Senin, 03 Oktober 2011

Hikmah Sedekah

Padada hari kiamat nanti, akan dihadapkan empat jamaah/ golongan diantar ke depan pintu syurga, tanpa melintasi hisab dan siksa. Mereka itu adalah:

1. Orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya
2. Haji mabrur yang tidak berbuat kerusakan atas ibadah hajinya
3. Pejuang syahid yang tewas di medan laga
4. Dermawan yang memperoleh hartanya dengan usaha halal dan membelanjakannya untuk fi sabililah tanpa disertai riya

Mereka semuanya berlomba saling mendahului untuk memasuki syurga. Atas perintah Allah, Malaikat Jibril mengajukan beberapa pertanyaan, berikut:

Pertama ia bertanya kepada pejuang yang mati syahid: “Apa amalanmu di dunia, sehingga kamu hendak memasuki syurga diurutan pertama?”. Jawab mereka ”Kami tewas di medan laga semata mencari ridho Allah SWT. Kemudian Jibril bertanya lagi: “Dari mana kamu memperoleh penjelasasn tentang pahala bagi pejuang yang mati syahid?’. Jawab mereka: “Dari para ulama”. Kemudian Jibril berkata: “Peliharalah adab kesopananmu terhadap para pendidik yang mengajarmu dan membimbingmu itu!”.

Setelah itu JIbril melihat kepada Jamah Haji Mabrur dan bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti kepada orang yang pertama, dan seterusnya kepada orang yang ketiga, dan keempat. Akhirnya berkatalah orang alim itu: “Ya Tuhanku, keberhasilanku dalam bidang ilmu adalah atas bantuan para dermawan yang bersifat kasih, dan kebaikan mereka”. Maka Allah berfirman: “Benarlah, pernyataan ‘alim itu ya Ridwan, bukakanlah semua pintu syuga hingga para dermawan memasukinya, lalu mereka-mereka itu”

Kisah itu memperlihatkan kepada kita bahwa seorang muslim dapat memasuki syurga dengan tanpa melalui proses hisab dengan berbagai amalannya masing masing. Mereka itu ada empat golongan. Tetapi, manakah yang paling utama dari keempat golongan itu? Kisah itu pula menuinjukan kepada kita, bahwa para dermawanlah yang unggul, Sehingga mereka bisa memasuki syurga pada urutan pertama.

Para sahabat telah menunjukan kepada kita, bagaiman kedermawana mereka masing-masing. Dikisahkan bahwa dalam suatu peperangan Sayidina Usman bin Affan menyedekahkan seribu unta untuk kepentingan perang, lengkap dengan berbagai persenjataanya. Namun diceritakan Sayidina Usman hanya mampu memperoleh delapan ratus unta saja, sehingga sisanya diganti dengan dua ratus ekor kuda perang. Begitu pula sahabat yang lainnya, mereka berlomba untuk memperbanyak sedekah. Ada suatu hadis yang menjelaskan seperti berikut ini:

“Orang dermawan dekat dengan manusia, dekat dengan Allah, dekat dengan syurga, dan jauh dari neraka. Orang kikir itu jauh dari manusia, jauh dari Allah, jauh dari syurga, dan dekat dengan neraka.

Mudah-mudahan kita dijadikan hamba yang memprbanyak sedekah. Amiin.

Minggu, 02 Oktober 2011

Pentingnya Sebuah kejujuran

Suatu hari, Nabiyullah Isa AS melakukan perjalanan dengan seorang temannya. Mereka hanya berbekal tiga potong roti. Ketika sampai di suatu tempat, mereka berdua beristirahat.
"Bawa roti itu kemari," kata Nabi Isa AS kepada temannya.
Lelaki itu memberikan dua potong roti.
"Mana yang sepotong lagi?" tanya nabi Isa.
"Aku tidak tahu."

Setelah masing-masing makan sepotong roti, keduanya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tepi laut. Nabiyullah Isa menggelar sajadahnya di atas laut, mereka berdua lalu berlayar ke seberang.

"Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?" tanya Nabi Isa kepada temannya."Aku tidak tahu."

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan mereka melihat seekor kijang. Setelah dipanggil, kijang itu pun datang menghampiri beliau. Beliau lalu menyembelih, memanggang dan memakannya. Sehabis makan, Nabi Isa berkata kepada tulang-tulang kijang, "Berkumpullah kamu." Tulang-tulang itu pun berkumpul. Beliau lalu berkata, "Dengan izin Allah, jadilah kalian seperti semula." Tulang-tulang itu segera bangkit dan berubah menjadi kijang."Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?" tanya Nabi Isa AS."Aku tidak tahu," jawab temannya.

Nabiyullah Isa bersama temannya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai pada sebuah tempat. Mereka duduk beristirahat. Nabiyullah Isa memungut tiga bongkahan batu.
"Dengan izin Allah, jadilah emas," kata Nabi Isa AS.
Batu itu pun segera berubah menjadi emas.
"Ini untukku, yang ini untukmu dan yang satu lagi untuk orang yang telah makan sepotong roti itu," kata Nabiyullah Isa:
"Akulah yang telah makan roti itu," kata temannya.
"Ambillah semua emas ini, aku tak mau berteman dengan pendusta," kata beliau sambil meninggalkan temannya.

Lelaki tadi lalu duduk di dekat emasnya. Ia tidak mampu membawa ketiga-tiganya, tetapi juga tidak rela meninggalkan sebagian darinya. Ketika ia sedang memikirkan cara membawa ketiga bongkahan emas itu, datanglah dua orang lelaki. Melihat keindahan emas itu, timbul keinginan di hati kedua orang itu untuk memilikinya.
"Kalian tidak pantas mengambil milikku dan kalian sama sekali tidak akan mendapatkan bagian," kata pemilik emas.

Melihat mereka berdua hendak membunuhnya, ia segera berkata, "Emas ini kita bagi saja, satu untukku dan sisanya untuk kalian berdua."Mereka pun rela dengan pembagian itu.

"Ambillah secuil dari bongkahan emas ini, pergilah beli makanan," kata pendatang kepada pemilik emas.
Setelah mengambil secuil emas, ia lalu pergi membeli makanan untuk mereka bertiga.

"Untuk apa aku membagi emas itu dengan mereka berdua, emas itu kan milikku," pikir si pemilik emas. Timbullah niat untuk meracuni makanan.

"Jika mereka berdua mati, emas itu akan jatuh ke tanganku lagi," pikir si pemilik emas.
Ia lalu membeli racun yang paling ganas, siapa pun yang memakannya pasti akan mati seketika. Racun itu lalu ia taburkan di atas makanan mereka.

Kedua pendatang tadi juga mempunyai rencana, "Mengapa kita harus memberi dia. Jika telah kembali, kita bunuh saja dia. Emas itu semua akan menjadi menjadi milik kita berdua."

Mereka berdua kemudian membunuh si pemilik emas. Dan dengan perasaan senang karena mendapat emas lebih banyak, kedua lelaki itu kemudian menyantap dengan lahap makanan yang baru saja dibeli.
Beberapa tahun kemudian Nabi Isa bersama kaumnya melewati tempat itu. Mereka melihat tiga bongkahan emas dan tiga kerangka manusia.

"Lihatlah bagaimana dunia memperlakukan mereka," kata Nabi Isa AS kepada kaumnya.

Beliau kemudian berdiri di depan emas dan berkata, "Jadilah seperti asalmu." Emas itu pun kembali menjadi batu.

Selasa, 22 Februari 2011


. Minggu, 25 April 2010

Oleh: Mochamad Bugi

Kirim Print
dakwatuna.com – Seperti apakah bentuk keluarga kita? Maklum, ada yang mengatakan rumahku surgaku. Tapi, tak sedikit mengatakan rumah gue kayak neraka. Atau, hambar saja. Tak ada rasa bahwa kita punya keluarga.

Apa pun bentuk keluarga kita itu adalah hasil dari perpaduan tiga faktor pembentuknya. Ketiga faktor itu adalah paradigma yang kita miliki tentang keluarga, kompetensi seluruh anggota keluarga kita dalam membangun keluarga, dan macam apa aktivitas yang ada dalam keluarga kita.

Kalau dalam paradigma kita bahwa keluarga bahagia adalah yang bergelimangan harta, maka motivasi kita dalam berkeluarga adalah mengkapitasisasi kekayaan. Maka, kita akan mencari istri atau suami anak tunggal dari calon mertua yang kaya. Pusat perhatian kita dalam berkeluarga adalah menambah kekayaan.

Bagi paradigma berkeluarga seorang muslim berasal dari motivasi bahwa berkeluarga adalah untuk beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi. Sehingga, pusat perhatiannya dalam berkeluarga adalah meningkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah, nafsiyah (emosi kejiwaan), jasadiyah, dan sosialisasi setiap anggota keluarganya.

Karena itu, membangun keluarga sakinah mawadah wa rahmah (samara) adalah sasaran yang ingin dicapai seorang muslim dalam membentuk berkeluarga. Dalam keluarga yang samara itulah kita akan melahirkan pribadi islami untuk saat ini dan masa depan.

Jadi, sangat penting bagi seorang muslim membangun kompetensi untuk membangun keluarga. Apa itu kompetensi berkeluarga? Kompetensi berumah tangga adalah segala pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil membangun rumah tangga yang kokoh yang menjadi basis penegakkan nilai-nilai Islam di masyarakat. Maka tak heran jika Rasulullah saw. menyuruh kita untuk pandai-pandai memilih pasangan hidup. Jangan asal pilih.

Abi Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Berbahagialah orang yang menikahi wanita karena agamanya, dan merugilah orang yang menikahi wanita hanya karena harta, kecantikan, dan keturunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abdillah bin Amrin r.a. berkata, bahwa Rasu­lullah saw. telah bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita hanya karena kecantikannya, sebab kecantikan itu pada saatnya akan hilang. Janganlah kamu menikahi wanita hanya karena hartanya, sebab harta boleh jadi membuatnya congkak. Tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab seorang wanita budak yang jelek lagi hitam kelam yang memiliki agama (kuat dalam beragama) adalah lebih baik daripada wanita merdeka yang cantik lagi kaya, tetapi tidak beragama.” (HR. Ibnu Majah).

Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa Nabi saw. telah bersabda, “Empat perkara, barangsiapa memilikinya berarti dia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat: hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, badan yang sabar dikala mendapat musibah, dan istri yang dapat menjaga kehormatan diri serta dapat menjaga harta suami.” (HR. Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Ausath, sedang sanad dalam salah satu dan dua riwayat adalah bagus).

Keshalihan diri kita dan pasangan hidup kita adalah modal dasar membentuk keluarga samara. Seperti apakah keluarga samara? Yaitu keluarga dengan karakteristik sebagai berikut:

- Keluarga yang dibangun oleh pasangan suami-istri yang shalih.

- Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan norma Islam.

- Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah islami.

- Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan dakwah, dalam bentuk dan skala apapun.

- Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah tangga.

- Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing.

- Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik anak-anak).

- Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. [QS. Ruum (30): 21]

Untuk apa Allah memberikan samara kepada pasangan suami-istri muslim? Sebagai modal untuk meraih kebahagiaan. Bukankah tujuan hidup kita sebagai seorang manusia adalah memperoleh kebahagian? Bagi seorang muslim, ada tiga level kebahagiaan yang ingin dicapai sesuai dengan QS. Al-Baqarah (2) ayat 201.

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”

- رَبَّنـــَا آتِــنَا فِي الدُّنْيــَا حَسَنَةً

- وَ فِي اْلآخَرَةِ حَسَنَةً

- وَ قِــنَا عَذَابَ الــنَّارِ

Itulah sebaik-baik doa seorang muslim. Kita bercita-cita meraih kebahagiaan di dunia. Ketika meninggalkan dunia, kita mendapat kebahagiaan di akhirat. Yang dimaksud dengan al-hasanah (kebaikan) di akhirat adalah surga. Tapi, ada orang yang langsung masuk surga dan ada orang yang dibersihkan dulu dosa-dosanya di neraka baru kemudian masuk surga. Nah, obsesi tertinggi kita adalah wa qinaa adzaaban nar, masuk surga dengan tanpa tersentuh api neraka terlebih dahulu. Sebab, inilah kesuksesan yang sebenarnya bagi diri seorang mukmin.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [QS. Ali Imran (3): 185]

Karena itu, doa rabbanaa atinaa fiiddunya hasanah… haruslah menjadi syiar yang selalu disenandungkan oleh setiap muslim sepanjang hidupnya di dunia. Ketika seorang muslim dan muslimah menikah, syiar ini bertransformasi menjadi: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66): 6)

Inilah tugas pokok seorang kepala keluarga: menjaga agar tidak satupun anggota keluarganya tersentuh api neraka. Untuk menunjukkan bahwa tugas ini sangat penting, Allah swt. memvisualisasikan bagaimana dahsyatnya neraka dan tidak nyamannya orang yang masuk ke dalamnya. Bahkan, orang yang masuk ke dalam neraka menjadi bahan bakar. Diperlakukan kasar dan keras. Padahal, kita tidak pernah ridha jika istri kita diganggu orang di jalan, kita marah jika anak kita dilukai orang, kita tidak mau anggota keluarga kita tidak nyaman akibat kepanasan atau kehujanan. Itulah bentuk rasa sayang kita kepada mereka. Seharusnya, bentuk kasih sayang itu juga menyangkut nasib mereka di akhirat kelak. Kita tidak ingin satu orang anggota keluarga kita tersentuh api neraka.

Tugas berat ini tentu tak mungkin ditanggung oleh seorang kepala keluarga sendiri tanpa ada keinginan yang sama dari setiap anggota keluarga. Artinya, akan lebih mudah jika seorang suami beristri seorang muslimah yang punya visi yang sama: sama-sama ingin masuk surga tanpa tersentuh api neraka. Inilah salah satu alasan bahwa kita tidak boleh asal dalam memilih pasangan hidup.

Karena itu, hubungan suami-istri, orang tua dan anak, adalah hubungan saling tolong menolong. Saling tolong menolong agar tidak tersentuh api neraka. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. At-Taubah (9): 71]

Tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami-istri itu akan berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka. Sungguh indah gambaran pasangan suami-istri yang seperti ini. Suaminya penuh rasa tanggung jawab, istrinya mampu menjaga diri dan menempatkan diri. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka.” [QS. An-Nisa' (4): 34]

Pasangan suami-istri yang seperti itu sadar betul bahwa keluarga harus dikelola seperti sebuah organisasi. Bukankah keluarga adalah unit terkecil dalam susunan organisasi masyarakat? Bukankah keluarga miniatur sebuah negara? Jadi, kenapa banyak keluarga berjalan tanpa pengorganisasian yang memadai?

Jika kita yakin bahwa keluarga adalah sebuah lembaga, maka sebagai lembaga harus terorganisasi. Ada pemimpin ada yang dipimpin. Ikatan antara pemimpin dan yang dipimpin adalah ikatan kerjasama. Kerjasama haruslah punya tujuan yang terukur. Dan tujuan yang ingin dicapai haruslah diketahui bagaimana cara mencapainya. Itu artinya, cara pencapaiannya harus direncanakan. Setiap rencana baru bisa sukses jika diiringin kemauan yang kuat (azzam).

Dan salah satu rahasia keberhasilan realisasi sebuah rencana adalah ketika rencana itu dibuat dengan prinsip syura. Semakin tinggi tingkat partisipasi, maka akan semakin tinggi potensi keberhasilan tujuan itu dicapai. Inilah salah satu rahasia keberhasilan Rasulullah saw. mengelola para sahabat. Karena Rasulullah saw. selain berlemah-lembut, juga mengajak peran aktif mereka dalam bermusyawarah membuat rencana-rencana strategis (lihat QS. Ali Imran (3): 159].

Artinya, keluarga juga akan sukses mencapai tujuan-tujuannya jika menerapkan prinsip syura dalam perencanaannya. Bahkan, untuk urusan menyapih (ibu berhenti memberi ASI) pun harus disyurakan. Ini perintah Allah swt. Silakan lihat QS. Al-Baqarah (2) ayat 233.

Jadi, jika ingin tidak ada satu orang keluarga pun tersentuh api neraka, kita harus merencanakannya. Tetapkan ini sebagai visi keluarga kita. Lalu, breakdown agar menjadi sebuah langkah yang aplikatif. Jika kita perinci, kira-kira akan menjadi seperti ini.

Visi keluarga kita:

Tidak ada satu pun anggota keluarga tersentuh api neraka وَ قِــنَا عَذَابَ الــنَّارِ

Misi keluarga kita:

1. Mencapai derajat takwa yang sebenarnya التَّقْوَى حَقَّ تُـقَـاتِه)ِ)
2. Memperoleh hidup mulia atau mati syahid عَيْشْ كَرِيْمًا أَوْ مُتْ شَهِيْد)ً)

Strategi untuk mencapai visi dan misi keluarga kita:

1. Setiap anggota keluarga mengikuti tarbiyah (pendidikan) dalam bentuk tilawah Al-Qur’an, ada proses tazkiyah (pembersihan diri), dan taklim.

2. Setiap anggota keluarga menjalankan ibadah sampai derajat ihsan.

3. Setiap anggota keluarga berdakwah dan berjihad fii sabilillah.

4. Ada anggota keluarga yang menjadi pemimpin masyarakat (istikhlafu fiil ardhi).

Arah kebijakan keluarga kita:

1. Semua anggota keluarga kita harus tertarbiyah.

2. Setiap anggota keluarga harus memiliki jadwal ibadah unggulan pribadi, baik secara ritual maupun sosial.

3. Secara jama’i (bersama-sama), keluarga harus punya jadwal ibadah unggulan, baik ritual maupun sosial.

4. Harus memiliki agenda dakwah di dalam keluarga.

5. Harus memiliki agenda dakwah di untuk masyarakat sekitar.

6. Menghadirkan suasana keluarga yang mendukung tercapainya visi dan misi keluarga.

7. Mendidik setiap anggota keluarga untuk mencapai kualitas keluarga sebagai pemimpin umat.

8. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung tercapainya visi dan misi keluarga.

Setelah arah dan kebijakan ditetapkan, perincilah ke dalam program dan kegiatan yang aplikatif.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/misi-keluarga-muslim/

Senin, 21 Februari 2011

Sosok yang menjauhi nikmat dunia

Abu Dzar r.a adalah sosok bagi para penikmat hidup tidak dengan bergelimang harta. Dia adalah seorang sahabat Nabi yang ingin sekali menjadi orang beriman yang paling dekat posisinya dengan Rasulullah SAW di yaumil hisab kelak. Sifat yang begitu sangat menjauhi dunia ini adalah sebagai bukti kecintaan dan kesungguhannya dalam mengikuti jejak kekasihnya yaitu Rasulullah SAW. Nabi pernah bersabda “Orang yang paling dekat diantara kalian dariku di hari kiamat, adalah yang keadaan hidupnya ketika meninggal dunia, seperti keadaannya ketika aku meninggalkannya untuk mati”. HR. Ibnu Sa’ad.
Abu Dzar r.a sering mengingatkan orang orang yang sudah mulai berusaha meninggikan bangunan rumahnya. Sudah mulai melebarkan area ternak kambing dan untanya. Atau bila ada sahabatnya yang sudah duduk memangku jabatan di pemerintahan maka ia akan berusaha menjauh dan enggan duduk berlama lama dengan mereka. Hal ini memang nampaknya aneh dan berlebihan tapi inilah jalan hidup yang dipegang kokoh oleh Abu Dzar hingga akhir hayatnya.
Pernah suatu hari Abu Dzar r.a mendatangi satu halaqah terdiri dari orang orang Quraisy yang sedang membuat sebuah majelis di dekat masjid di Kota Madinah. Abu Dzar datang dengan penampilan yang wajahnya menunjukkan kesengsaraan hidup , dibalut dengan pakaian yang compang camping, rambut yang lebat dan badan yang kurus. Ketika sudah ada hadapan orang orang maka ia berkata “Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang menyimpan kelebihan hartanya, dengan ancaman adzab Allah berupa dihimpit batu yang amat panas karena batu itu dibakar diatas api, dan batu itu pun diletakkan di dadanya sehingga sampai tenggelam padanya sehingga batu panas itu keluar dari pundaknya. Dan juga diletakkan batu panas itu di tulang pundaknya sehingga keluar di dadanya, demikian terus sehingga batu panas itu naik turun antara dada dan tulang pundaknya.”

Tak ada satu orangpun yang berani unjuk suara dan mereka hanya menundukkan kepala. Nampak pula diwajah orang orang tersebut perasaan tidak suka dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Abu Dzar r.a. merasa tidak mendapat tanggapan maka Abu Dzar beranjak pergi dan duduk menyendiri sambil terus membasahi lidahnya dengan berzikir ,meski orang orang tidak suka dengan ucapan Abu Dzar tapi mereka tidak berani mencelanya karena orang orang Madinah mengetahui dengan pasti kedudukan Abu Dzar r.a dimata Rasulullah SAW. mereka tidak mau sembarangan berucap kepada Sahabat yang terkenal zuhud dan wara’ ini.

Tiba tiba datang seseorang mendekati Abu Dzar yang duduk menyendiri dan mengucapkan salam, sahabat Nabi inipun menjawab salam. Orang itu berkata “Aku melihat, mereka yang duduk di halaqah itu tidak suka dengan apa yang engkau ucapkan. “ ,Abu Dzarpun menjawab” Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mengerti sama sekali. Sesungguhnya kekasihku Abul Qasim pernah memanggil aku dan akupun segera memenuhi panggilan beliau. Maka beliaupun menyatakan kepadaku  Engkau lihat gunung Uhud itu ?”

Aku melihat gunung itu dalam keadaan diterpa oleh sinar matahari pada punggungnya, dan aku menyangka beliau akan menyuruh aku untuk suatu keperluan padanya. Maka aku menjawab pertanyaan beliau : “Aku melihatnya.” Kemudian beliaupun bersabda  “Tidaklah akan menyenangkan aku kalau seandainya aku punya emas sebesar itu, kecuali bila aku shodaqahkan semuanya sehingga tidak tersisa daripadanya kecuali tiga dinar (untuk keperluanku)”.
Selanjutnya Abu Dzar menyatakan “Tetapi kemudian mereka itu kenyataannya selalu mengumpulkan dunia, mereka tidak mengerti sama sekali”.

Kemudian orang yang mendekati Abu Dzar pun berkata” Ada apa antara engkau dengan saudara-saudarmu dari kalangan orang-orang Quraisy. Mengapa engkau tidak minta bantuan dari mereka sehingga engkau mendapatkan sebagian harta mereka. Abu Dzar menjawab dengan tegas dan lantang :”Tidak ! Demi Tuhanmu, aku tidak akan meminta dunia sedikitpun kepada mereka dan aku tidak akan minta fatwa dari mereka tentang agama, sehingga aku mati bergabung dengan Allah dan RasulNya”.

Kamis, 30 September 2010

Nikmat Sabar..??

Hakikatnya kehidupan…akan ada seribu satu perkara yang menguji kesabaran…dan ketika satu demi satu ujian…biasanya sering sahaja manusia tewas dalam menangkis nafsu amarah yang membara dijiwa..dan sering jua dalam menghadapinya..manusia lain yang tak bersalah turut menjadi mangsa…bagi yang menjadi mangsa pula…dah tentu rasa teraniaya..dan akan terselit jua rasa marah..tak puas hati bengang..dan geram…(",). Maka…tercetuslah perang antara dua jiwa yang memendam rasa.

Namun..beruntungnya orang-orang yang beriman,..Allah telahpun berpesan dalam kalam agungNya Al-Quran,

"dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat. Dan solat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (iaitu mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. "(Surah Al-Baqarah-45,46) dan

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.(Al-Baqarah-153).

Maka tika hati diamuk nafsu amarah..kecil hati.. geram… bengang…tak puas hati.. .maka ingatlah kepada Allah…Pohonlah padanya agar rajuk dijiwa tidak berpanjangan…pohonlah marah yang meraja tidak menguasai diri yang hakikatnya telah terlalu banyak berdosa…hakikat mendapat cinta Allah melalui perantara cinta manusia pastikan hadir ujian-ujian sebegini yang menimpa…maka banyakkanlah beristighfar bagi menghalau syaitan yang takkan berputus asa memecah-belahkan jiwa-jiwa yang beriman kepadaNya. Berwudhu’ dan bersolatlah selain merintih kepadaNya..dan ketahuilah..hakikat menyayangi manusia…semakin kita menyayangi ..maka seringkali kita akan kecewa..namun..bila kita bergantung harap dan meletakkan sayang dan cinta hanya pada Allah…maka takkan sekali kita akan dikecewakanNya malah akan beroleh layanan istimewa daripadaNya Pencipta CINTA…

"Ya Allah…berikanlah daku kekuatan dalam menghadapi ujianMu..dan pilihlah aku menjadi hambaMu yang bersabar….Ya Allah…hanya kepadaMu tempat selayakNya Aku berserah dan bergantung harap…Amin….

Jumat, 28 Mei 2010

Taubatnya MALIK BIN DINAR _ROHIMAHULLAH_

 
Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah.
 
Aku sangat mencintai Fathimah. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku.
Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala -lah yang membuatnya melakukan hal tersebut.


Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal dunia.

Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat.
Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan.
Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”

Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.

Dia berkata kepadaku:
“Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16)


Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”

Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dia Rohimahullah berkata:
Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
.....

Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi'in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”

Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”

Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.

Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas. (Misanul I'tidal, III/426).